Menkopolhukam Mahfud MD saat mengumumkan status nonaktif dari Parampara Praja DIY, Senin (28/10). (IDN Times/Tunggul Kumoro)
Akhirnya, tiba saatnya bagi Mahfud ditunjuk sebagai Menkopolhukam 23 Oktober 2019 kemarin. Dirinya bilang harus berhenti dari Parampara Praja karena telah menandatangani persetujuan untuk tak rangkap jabatan terkait pemerintahan, bahkan di depan presiden langsung.
Oleh karenanya, sesaat setelah itu dia langsung menghadap Sultan. "(Mahfud berkata) 'Ngarso Dalem, saya sekarang menjadi menteri', (Sultan menjawab) 'apa tidak boleh rangkap?', lalu saya jawab tidak boleh. Karena saya sudah menandatangani surat di depan presiden tidak akan merangkap jabatan apa pun yang terkait dengan pemerintahan," tutur Mahfud.
"Tapi, Ngarso Dalem meminta lagi, 'sudah nggak usah berhenti, non aktif saja," ungkap Mahfud disambut tawa kecil dari hadirin.
Mahfud akhirnya berpikir dua kali. Alasannya, dia terkesan dengan DIY dan seisinya, terutama Sri Sultan Hamengku Buwono yang menurutnya adalah pemimpin yang begitu merakyat. Diceritakannya bagaimana Sultan tak segan untuk makan nasi bungkus di hadapannya.
Atau, saat Sultan bersedia menerangkan cara membuat garam kepada warga yang tinggal di wilayah pesisir. Lalu, kala keduanya berangkat ke Rusia untuk memenuhi misi kebudayaan serta kerjasama antar pemerintah. Kata Mahfud, dia selalu bisa nyaman bekerja bersama Sultan.
"Dengan Sultan itu saya banyak berdiskusi dengan lancar tanpa sekat-sekat yang struktural, tanpa sekat kultural. Kita biasa diskusi. Ngarso Dalem yang berasal dari budaya Jogja yang penuh budaya adiluhung dan kehalusan, bisa mengimbangi saya yang dari Madura yang biasanya agak keras. Tapi bisa ketemu bersama beliau ini," akunya.
"Oleh sebab itu, ketika Ngarso Dalem mengatakan 'sudah tidak usah berhenti, non aktif saja' saya tidak bisa menolak pada akhirnya," kata Mahfud.