Asmi Aris menjelaskan, proses penelitian dimulai dari ekstraksi dan formulasi kopi robusta. Bahan yang digunakan adalah kopi robusta, adeps lanae, etanol 70%, Vaselin Album, TEA, aquades, dan Betadine.
“Sediaan salep yang akan dibuat dalam penelitian ini memiliki konsentrasi ekstrak kopi robusta yang berbeda-beda yaitu 13 persen, 26 persen, dan 52 persen untuk 3 kali pemakaian dalam sehari selama 7 hari pengamatan,” katanya.
Asmi menerangkan, untuk jenis tikus yang diujicobakan adalah tikus putih dewasa jantan galur wistar sebanyak 15 ekor dengan umur dua bulan dan berat badan 180-200 gram. Langkah pertama yang dilakukan yakni dengan menimbang dan mengelompokkan secara acak 15 tikus yang ada, setiap kelompok terdiri atas tiga ekor.
Kemudian kelompok K1 diberi pakan standar dan salep tanpa ekstrak kopi, kelompok K2 diberi pakan standar dan diberi betadine, kelompok K3 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta 13 persen, kelompok K4 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta 26 persen serta kelompok K5 diberi pakan standar dan diberi salep ekstrak kopi robusta persen.
"Tikus tersebut disayat pada bagian punggung menjadi sekali sayatan dengan masing-masing tikus dengan kedalaman 2 mm sepanjang 2 cm sejajar tulang vertebrae. Pemberian salep antiinflamasi dilakukan dengan cara memberikan pada bagian tikus dengan dosis 0,4 ml selama 7 hari," terangnya.