Kulon Progo, IDN Times – Matahari terasa terik meski jam belum menunjukkan pukul 12 siang. Angin berembus mengantarkan debu dan hawa panas yang lama tak dibasuh hujan. Saat itu, IDN Times turut menyimak empat warga berkisah tentang awal mula menjadikan dusun itu tak bergantung sepenuhnya pada energi listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di teras rumah Widarto, salah satu warga RT 52 RW 25, Dusun Kedungrong, Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Minggu (22/9).
Bekal energi pengganti yang digunakan cukup dari alam berupa air yang mengalir deras di saluran irigasi atau selokan Kalibawang yang berhulu 15 kilometer lebih dari Sungai Progo. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), begitu disebut yang merupakan bagian dari energi baru dan terbarukan (EBT).
“Lampu-lampu jalan dan 90 persen rumah warga sudah pakai listrik yang bukan dari PLN,” kata ketua komunitas, Suhadi.
Artinya, dari 46 kepala keluarga di sana, sudah 41 KK yang rumahnya dialiri energi listrik PLTMH.
Sementara warga silih berganti bercerita, suara air selokan di seberang rumah Widarto terus gemrojog (mengalir deras). Bercerita kian asyik sembari menikmati sajian tempe bacem, rebusan ketela kuning, emping, dan gebleg, kudapan khas Kulon Progo.
Bagaimana cerita air selokan bisa menggantikan arus listrik PLN 24 jam sehari?
