Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penyerahan tumpeng HUT PKBI dari Ketua PKBI DIY Ima Susilowati kepada aktivis waria di Hotel Santika Yogyakarta, 11 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana
Penyerahan tumpeng HUT PKBI dari Ketua PKBI DIY Ima Susilowati kepada aktivis waria di Hotel Santika Yogyakarta, 11 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Yogyakarta, IDN Times – Ketua Pengurus Nasional Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Ichsan Malik menilai persoalan terkait keluarga serta kesehatan seksual dan reproduksi yang telah diperjuangkan kini menjadi persoalan baru.

Ia mencontohkan di masa lalu masalah angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, angka perkawinan usia muda, juga sulitnya toleransi atas berbagai perbedaan menempati urutan tinggi di Indonesia. Kini persoalan itu kembali terjadi.

“Siklus masalah yang dulu pernah terjadi, kini berputar kembali. Terjadi lagi,” kata Ichsan saat membuka Seminar Pengembangan Strategi Kebudayaan dalam Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Hotel Santika Yogyakarta, Sabtu, 11 Januari 2020.

1. Bangsa Indonesia melihat perbedaan sebagai bencana

Ketua Pengurus Nasional PKBI Ichsan Malik di Hotel Santika Yogyakarta, 11 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Melihat itu, pengurus dan relawan PKBI merasakan keprihatinan dan mengajak masyarakat untuk menghargai dan menghormati perbedaan. Mengingat sebagian masyarakat Indonesia justru bergerak ke arah perbedaan sebagai bencana.

"Melihat orang berbeda orientasi seksualnya sudah ribut. Bertemu orang difabel sudah tak menghormati. Mengetahui orang berbeda etnis dan keyakinan dibuat saling menghancurkan. Ini persoalan besar yang langsung menghantam pada masalah kesehatan seksual dan reproduksi,” kata Ichsan.

2. PKBI luncurkan kredo baru pada 2020

Pembukaan Seminar PKBI di Hotel Santika Yogyakarta, 11 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

Di tahun 2020 ini, PKBI membangun kredo (keyakinan, red) baru,  yaitu mendorong keluarga yang bertanggung jawab dan toleran. Kata toleran mendapat perhatian khusus bagi PKBI kali ini. 

“Ini masuk dalam program inklusi sosial, dan itu sudah berjalan. PKBI akan kembali berjuang untuk mengembangkan toleransi lebih jauh,” papar Ichsan.

3. Melibatkan anak muda dan kelompok marginal

Kelompok waria dalam seminar PKBI di Hotel Santika Yogyakarta, 11 Januari 2020. IDN Times/Pito Agustin Rudiana

PKBI, lanjut Ichsan, akan menjadikan anak-anak muda sebagai motor penggerak dalam menghidupkan kembali semangat toleransi itu. Mereka dididik untuk menjadikan perbedaan bukan sebagai sumber penyakit, konflik, apalagi kerusuhan. Anak muda juga dididik bagaimana menghadapi perbedaan itu.

“Kami kan gak tahu kenapa Tuhan bikin perbedaan? Padahal jumlahnya sudah 7,2 miliar (penduduk dunia,red), jadi mestinya kami harus belajar,” kata Ichsan.

Salah satu upayanya adalah memulai dari kelompok yang dipinggirkan itu, mengingat mereka selama ini jadi kelompok yang dikorbankan.

“Selama ini mereka kami dorong untuk survive. Ternyata itu gak cukup kini saatnya mereka didorong untuk menjadi leader (pemimpin) agar bisa didengar publik,” kata Ichsan.

Editorial Team